Selasa, 03 Januari 2017

NICOLAAS JOUWE, KISAH PERTOBATAN PENDIRI OPM KEMBALI KE PANGKUAN IBU PERTIWI



Nicolaas Jouwe, Pendiri Organisasi Papua Merdeka-OPM

"Belanda pernah mengatakan kepada saya bahwa Hindia Belanda merupakan satu-satunya harapan bagi Belanda sebagai pemasok kebutuhan bahan mentah bagi industrinya." (Nicolaas Jouwe, Pendiri Organisasi Papua Merdeka-OPM)

Buku  karya Nicolaas Jouwe bertajuk : Kembali ke Indonesia : Langkah, Pemikiran dan Keinginan ini berkisah tentang seorang pria berusia 89 tahun, yang dulunya merupakan salah satu pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Bukan itu saja. Melalui penuturan Jouwe lewat buku ini, terungkap serangkaian fakta-fakta yang membuktikan adanya konspirasi internasional di balik gagasan menginternasionalisasikan Papua sebagai langkah awal menuju Papua Merdeka, lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Buku ini memulai dengan satu pernyataan menarik dari Jouwe, sebagai bentuk rasa bersalah sekaligus pertobatan atas langkah yang diambilnya kala itu.

"Saya pribadi menilai pelarian saya ke Belanda merupakan pilihan yang patut disesali. Namun kini, saya menyadari bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI," begitu tukas Jouwe.

Nicholaas Jouwe lahir di Jayapura pada 24 November 1923. Melalui penuturannya dalam buku ini, yang sayang sekali diterbitkan dengan teknik penyuntingan (editing) yang sangat kacau dan tidak sistematis, Jouwe mulai menetap di Belanda pada 1961. Pada saat Indonesia di bawah pemerintahan Bung Karno, sedang gencar-gencarnya memperjuangkan kembalinya Papua ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Namun Jouwe yang waktu itu masih muda belia, justru berpihak pada pemerintah kolonial Belanda, dan bersama beberapa temannya mendirikan Gerakan Operasi Papua Merdeka yang kemudian disebut Organisasi Papua Merdeka (OPM). Karena Belanda menjanjikan Jouwe untuk menjadi Presiden Papua jika kelak sudah merdeka.

Bahkan Jouwe lah yang membuat bendera Bintang Kejora yang pertama kali dikibarkan pada 1 Desember 1961. “Pada saat itu saya adalah salah satu anggota Dewan New Guinea (Nieuw Guinea Raad) yang konon dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan saya terpilih secara demokratis di seluruh wilayah Papua,” begitu menurut penuturan Jouwe.

Menurut Jouwe yang notabene merupakan pelaku sejarah terbentuknya OPM, peristiwa 1 Desember 1961 itulah yang seringkali dijadikan dasar klaim pemimpin Papua sekarang bahwa negara Papua pernah ada tetapi dirampas oleh konspirasi internasional Indonesia, Amerika Serikat dan juga Negara Kolonial Belanda.


Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) 1969

Tentu saja versi OPM ini merupakan pemutar-balikan fakta dan kenyataan. Padahal melalui kesaksian Jouwe setelah kembali ke Indonesia pada 2009, 2/3 negara anggota dalam Sidang Umum PBB menerima hasil Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) 1969, sehingga suka atau tidak suka, bangsa Papua telah menjadi bagian resmi dari NKRI.
 
Mencium tanah saat tiba di Sentani, Papua
Dan ini pula yang jadi dasar Jouwe memutuskan kembali pulang ke Indonesia. Karena menurut pandangannya, bahwa upaya pemisahan diri Papua dari NKRI sangat bertentangan dengan sejarah.
  
Salah satu bentuk pertobatan Jouwe ketika kembali bergabung dengan NKRI adalah sumbangannya dalam membentuk opini baru kepada masyarakat terhadap sejarah Papua masuk dalam orbit penjajahan Belanda.

Sejarah penjajahan Belanda bermula pada 1928 ketika Ratu Belanda memerintahkan Gubernur Jenderal Marcus dari Hindia Belanda di Batavia untuk melakukan aneksasi Papua Barat yang meliputi wilayah tersebut.

Pada 1928 ada daerah Jerman di Pasifik yang berbatasan dengan Belanda. Papua kemudian dianeksasi menjadi daerah dari Kerajaan Belanda sekaligus dimasukkan ke dalam daerah koloni Hindia Belanda. Sejak saat itu, Papua dinyatakan sebagai daerah milik Belanda. Sehingga Hindia Belanda memiliki wilayah jajahan dari Sabang sampai Merauke.

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Belanda menolak melepaskan sebagian wilayah Hindia Belanda, dan membagi jadi dua bagian: Sebagian dari Sorong sampai dengan yang sekarang disebut Jayapura, satu bagian lagi dari Sabang sampai Maluku yang diakui Belanda sebagai Indonesia.


New York Agreement 15 Agustus 1962

Menurut pandangan Jouwe yang tidak dipahami anak-anak Muda Papua sekarang, Papua sejatinya sudah masuk Indonesia secara resmi melalui New York Agreement pada 15 Agustus 1962 di mana dinyatakan bahwa Belanda harus serahkan West Papua kepada Indonesia.

Dengan demikian, niat baik Jouwe untuk bertemu masyarakat Papua dan menjelaskan sejarah ini, patut kita beri apresiasi yang setinggi-tingginya. Karena secara gamblang Jouwe mengatakan, hanya melalui cara inilah penderitaan masyarakat Papua akibat hasutan kelompok tertentu dapat segera diakhiri.

Menarik, karena pastilah yang dimaksud Jouwe kelompok tertentu adalah para elit OPM, yang notabene Jouwe adalah salah satu pendiri dan perintisnya.



14 komentar:

John mantere mengatakan...

Jouwe membenarkan ada yang salah jika generasi papua ingin melakukan kemerdekaan...

Triton meles mengatakan...

Nicolaas Jouwe sendiri yang mengatakan anak anak papua yang menginginkan kemerdekaan itu kurang memahami nasionalisme

Orpa lewer mengatakan...

Nicolaas Jouwe yang berupaya menjelaskan sejarah dari Papua

Ilyasa m mengatakan...

Ini berita punya milik siapa kah?

Uluwatu mayor mengatakan...

Nicolaas Jouwe terketuk hatinya untuk bergabung bersama NKRI

Unknown mengatakan...

Teritorial Indonesia hanya dari sabang amboina, Papua tidak termasuk karena papua sudah merdeka sejak 1961.
Jeuwe bukanlah Kandidat yang di idamkan ketika itu untuk menjadi Presiden Republik Papua Barat.

Deklarasi soekarno hanya memutuskan teritori Indonesia hanya sampai Amboina...
Kemudian karna bengisnya para tokoh waktu itu kerakusan meraja dalam pikiran mereka maka mereka kampanye di alun alun jakarta tepatnya 19 desember mengeluarkan bahwa Rebut kembali Papua, Kibarkan Bendera merah dan putih...

Ketika di tarik kembali bahwa Soekarno dikenakan Pasal Makar...

Apa arti seorang dikenakan pasal makar karena melanggar Hak Membatasi Kemerdekaan Bangsa lain dan mengakui dengan alasan yang tidak jelas...

Lewis Prai Wellip mengatakan...

Mr Jouwe, what the fuck is wrong with your fucking brain? Do you think that you will stop this freedom movement? No you're wrong. I wonder what will become of you when West Papua becomes a free and independent nation? What a real dumbness. Stay and rot in hell in Java island.You are not welcome in West Papua.

Unknown mengatakan...

Papua adalah sbuah negara,artix sd mrdeka awal Dec 1961;olh krn it pa nicholas jouwe ataupn siapa orgx skrg org Papua sd thu/mgrti ttg apa it Merdeka. Km demo n mnuntut adlh pgakuan akn kmedekan bgsa km Papua.In brt bhw sjk integrits yg sbnrx aneksasi it km minta pgakuan dunia ttg Merdekax ngara km Papua,km t mgemis mrdeka,t melarat pembgunn,bukn miskin pgetahun dsb

Unknown mengatakan...

Papua adalah sbuah negara,artix sd mrdeka awal Dec 1961;olh krn it pa nicholas jouwe ataupn siapa orgx skrg org Papua sd thu/mgrti ttg apa it Merdeka. Km demo n mnuntut adlh pgakuan akn kmedekan bgsa km Papua.In brt bhw sjk integrits yg sbnrx aneksasi it km minta pgakuan dunia ttg Merdekax ngara km Papua,km t mgemis mrdeka,t melarat pembgunn,bukn miskin pgetahun dsb

Unknown mengatakan...

Tuan Nicolas Yowe, lari ke Belanda pada massa mudhnya. Sekarang massa tuanya lari ke Indonesia. Conclusinya sudah tidak mampu berjuang untuk Papua Barat Merdeka dan kini tinggal tunggu waktunya untuk masuk kuburan.

Romy wenda mengatakan...

salah jika generasi papua ingin melakukan kemerdekaan...

yopi weda mengatakan...

tidak mudah merdeka itu butuh pengorbanan

Beny wenda mengatakan...

Papua itu NKRI

agus kosay mengatakan...

Indonesia itu papua,ttk